animasi kursor

SELAMAT DATANG DI BERANDA KAMI


Kehidupan, kadang membuat kita tersenyum bahagia, namun tidak jarang membuat kita bermuram durja. Janganlah gundah karena semua itu hanyalah sebuah perjalanan menuju kehidupan abadi. Mari kita berbagi inspirasi, untuk menggapai kehidupan abadi yang bahagia, selamanya.

Rabu, 27 November 2013

BANGKIT DARI KETERPURUKAN



BANGKIT DARI KETERPURUKAN
Dalam kehidupan setiap individu, keterpurukan merupakan bentuk ujian dari Allah SWT kepada hamba-Nya. Keterpurukan, ketika menjadi sebuah kenyataan yang menimpa, tidak sedikit manusia yang menghindarinya, bukan menghadapinya sehingga yang terjadi adalah pelarian-pelarian yang negatif. Tetapi jika dipandang secara bijaksana dan penuh kearifan justru akan menjadi titik awal dari sebuah kebangkitan.
Orang yang beriman tak pernah dan tak akan meratapi musibah yang dialaminya, tetapi menghadapinya dengan jiwa tegar dan hati lapang disertai rasa optimisme yang tinggi. Ia sadar, semua yang menimpanya adalah ketetapan Allah yang tidak bisa ditolak kehadirannya. Sehingga hidupnya tak pernah larut dalam kesedihan betapapun hebatnya musibah yang dialami. Bahkan pada saatnya ia dapat memetik hikmah di balik musibah yang ia terima itu. 


Sebagaimana firman Allah SWT :
“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira dengan apa yang diberikan-Nya kepadamu.” (QS Al Hadid (57) : 23)
Duka di sini maksudnya adalah kedukaan yang mengakibatkan keputusasaan dan yang dimaksud gembira adalah kegembiraan yang meluap-luap sehingga dirinya menjadi angkuh dan sombong.
 Jadi pada prinsipnya, musibah itu lebih merupakan ujian ketimbang siksaan walaupun terasa begitu menyedihkan dan menyakitkan. Tinggi dan rendahnya keimanan dalam hati seseorang ditentukan sampai sejauhmana ia dapat tawakal, tabah dan sabar dalam menghadapi musibah yang dialaminya. Semakin sabar dalam menghadapinya, semakin kokoh, kukuh dan kuatnya keimanannya. Allah SWT berfirman :
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan, Inna lillahi wa innaailaihi raaji`uun. Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al Baqarah (2): 155-157)


Tawakal bukan berarti kita menyerah dan menerima apa adanya. Tetapi kita harus berusaha sekuat tenaga mencurahkan segala daya dan upaya sembari berdo`a baru kemudian kita menyerahkan keputusannya kepada Allah yang Mahatahu tentang segala hal yang terbaik bagi kita. Tapi dengan sikap optimis sangat penting untuk menyongsong hari esok yang lebih cerah, meskipun mengalami kegagalan dan jatuh bangun, kita akan mampu bangkit dan bangkit lagi. Kegagalan dapat dijadikan pengalaman yang berharga untuk lebih waspada dalam meraih cita-cita. Bukankah pengalaman itu guru yang terbaik? Bukankah kegagalan itu kesuksesan yang tertunda? Dengan sikap seperti ini kita akan tetap memiliki tenaga dan tidak pernah putus asa dalam mengejar cita-cita untuk tetap berusaha dengan usaha yang nyata.
Manusia hanya diwajibkan berusaha sedangkan yang menentukan hasilnya hanyalah Allah SWT. Dialah yang Mahatahu tentang keadaan dan masa depan kita, maka apapun yang telah diputuskan oleh Allah itulah keputusan yang terbaik untuk kita di sisi Allah SWT. Tinggal kita bisa menerimanya dan mapu menarik pelajaran dari semua yang terjadi. Inilah sifat tawakal yang perlu dikembangkan.
Tawakal merupakan sikap mental yang menerima sepenuh hati dan lapang dada atas semua keputusan Allah yang menimpa diri kita. Sehingga apapun yang terjadi meski terasa pahit tetapi tidak pernah diratapi ataupun menyalahkan dan perprasangka jelek terhadap Allah, karena segala yang terjadi di bawah kehendak dan kekuasaan Allah yang Mahakuasa. Sedangkan manusia dengan segala kelemahan dan keterbatasannya tidak bisa menolak kehendak dan keputusan Allah. Tanpa sikap tawakal, kita tidak akan pernah bisa menerima kenyataan dan tak bisa bersyukur atas nikmat Allah yang diberikan.
Agar kita menjadi mukmin sejati yang dapat meraih derajat sempurna kita harus tabah dan tawakal dalam menghadapi ujian dan cobaan yang menimpa, sebab orang beriman itu selamanya bakal diuji oleh Allah dengan segala macam ujian. Berat dan ringannya ujian tergantung pada kadar keimanannya. Terkadang kita suka puas dengan keimanan yang melekat dalam hati, padahal belum tentu keimanan tersebut diterima di sisi Allah SWT sebab keimanan itu bukan sekedar ucapan atau keyakinan saja tetapi harus direalisasikan dalam realitas kehidupan sehari-hari. Maksudnya iman tanpa amal sholih tidak berarti, begitu pula amal tanpa iman tidak akan diterima.
 Jadi hikmah dari ujian keimanan dapat membedakan mana orang yang imannya istiqomah dan yang hanya pengakuan saja. Hal ini tergantung kuat dan tidaknya menerima berbagai ujian sebagai konsekuensi dari keimanannya. Allah SWT beriman :
“Dan Kami sudah menguji kepada orang-orang sebelum kamu, Sesungguhnya Allah mengetahui kepada orang-orang yang imannya benar dan mengetahui siapa yang berbohong (dalam Keimanannya)” (QS. Al `An kabuut (29) : 3)
Keimanan yang dipunyai ibarat batu karang yang berdiri kokoh di tengah lautan, sekalipun ombak hebat senantiasa menerjang, namun sedikitpun tidak akan goyah.
Keimanan dan keislaman itu mengalami pasang surut, ada saatnya meningkat dan pada saat yang lain menurun seperti sabda Rasulullah SAW : “Yazidu wa yan qusu, bertambah dan berkurang“. Oleh karena itu Rasulullah menganjurkan kepada umatnya agar selalu memperbaharui keimanan dan keislaman dengan berbagai amal ibadah. Kualitas dan intensitas ibadah dari hari ke hari harus menunjukkan  grafik meningkat. Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang keadaan (amalnya) hari ini lebih jelek dari hari kemarin, maka ia terlaknat. Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang-orang yang merugi. Dan barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia termasuk orang-orang yang beruntung.” (H.R.Bukhari)
Pada akhirnya kita akan menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya semata-mata karena mencari ridla Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT :
 “Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridlaan TuhanNya, mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka secara sembunyi dan terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan, orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).” (QS. Ar Ra`d (13) : 22)
Kesuksesan merupakan dambaan dan idaman setiap orang, maka tidak heran bila banyak orang ke sana ke mari pergi pagi pulang petang demi mencari kesuksesan bahkan orang rela mengorbankan segalanya guna meraih apa yang didambakannya itu. Tanpa kecuali, kitapun selaku muslim berharap kesuksesan itu buktinya tak henti-hentinya kita berdo`a kepada Allah  agar diberi kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Akan tetapi apa yang diperolehnya kemudian bukannya kesuksesan yang didapat melainkan kegagalan yang diterima, dengan demikian pudarlah segala harapan, sirnalah segala impian dan sia-sialah segala pengorbanan sehingga tak sedikit di antara kita yang frustasi dan mengalami stres berat bahkan depresi mental karena kesuksesan yang didambakannya tak dapat diraih. Sebenarnya hal itu tak akan terjadi bila orang itu memperhatikan kandungan ayat di atas yakni kesuksesan dapat diraih dengan melewatinya penuh kesabaran, shalat, mendayagunakan segala potensi diri dan selalu mengadakan perbaikan, maka hari esok yang lebih cerah dan menjanjikan akan segera menjadi kenyataan.
By : Nurhajs (28 November 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar