ANAK DALAM NAUNGAN
ILLAHI
Oleh : Nurhaj Syarifah,S.Ag

Dan hendaklah takut
kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An Nisaa (4) : 9)
Maha suci Allah, kita mesti bersyukur atas pemberian
nikmat Allah Ta`ala, selanjutnya kita akan menunggu tambahan nikmat-Nya
sebagaimana telah dijanjikan Allah Ta`ala kepada orang-orang yang telah
bersyukur. Sebagai orangtua kita bersyukur atas karunia Allah atas anak-anak
yang lucu, cerdas dan kreatif.
Anak-anak kita adalah anak-anak masa depan. Anak-anak
yang akan menghadapi jaman yang berbeda dengan jaman yang kita rasakan sekarang
ini. Kita perlu mempersiapkan anak-anak kita dari sekarang. Sebagaimana nasihat
Ali bin Abi Thalib: Karamallahu wajhahu “Didiklah anakmu dengan
kesungguhan karena ia akan hidup yang berbeda dengan zamanmu.”
Yang bisa kita petik dari nasihat tersebut ada 3 hal :
Pertama, kita berikan kepada mereka anak-anak kita pendidikan terbaik
sehingga mereka memiliki bekal ilmu untuk hidup. Sesungguhnya segala sesuatu
ada ilmunya dan jalan untuk mengantarkan ilmu kepada mereka adalah pendidikan. Kedua,
Kita didik mereka dengan kesungguhan sehingga apa yang kita tanamkan pada diri
mereka benar-benar membekas.Dengan kesungguhan, kesulitan insya Allah bisa kita
atasi dengan seizin Allah SWT. Kita menguatkan jiwa mereka dengan keyakinan dan
aqidah yang kuat, tetapi kita tidak boleh memaksa mereka dalam hal-hal yang
tidak prinsip terhadap minat sebagai bagian dari ketrampilan hidup. Ketiga,
Menanamkan kepada mereka dasar-dasar berpengetahuan dan keyakinan yang kuat.
Hal ini yang memudahkan mereka untuk menggunakan ketrampilan, pengetahuan dan
ilmu untuk mengarifi hidup dan mengolahnya agar menjadi sarana menegakkan
kalimat Allah di muka bumi.
Sudah menjadi sunatullah, orangtua adalah guru
pertama dan utama bagi anak-anaknya. Mendidik anak agar menjadi manusia yang
tunduk pada hukum Allah dimulai dari penanaman dan pemahaman aqidah yang benar.
Tentang keberadaan Allah sebagai pencipta dan pengatur. Semakin kita memahami
keberadaan ciptaanNya dan sunatullah atau hukum alam ini, semoga kita dan
anak-anak kita makin tambah yakin dan patuh pada hukum Allah. Semoga semakin
cerdas anak kita, semakin taat dan tunduk pada hukum Allah, ketundukan yang
penuh keyakinan dan pemahaman yang lurus.
Kesabaran dan
keteladanan dalam mendidik anak menjadi kunci sukses, seperti sholat
berjama`ah, mengaji al Qur`an, setiap kegiatan diawali dengan do`a, giat
belajar dalam menuntut ilmu, hormat kepada orangtua dan saling kasih sayang
antara semua anggota keluarga.
Mengingat anak-anak kecil sekarang akan menjadi dewasa
dan di pundaknya tertumpu nasib kehidupan manusia dan dunia ini, maka sesuai
perkembangannya membahas hukum-hukum yang berkaitan dengan fasenya. Fase anak
yang baru lahir, seperti aqiqah, mencukur rambut, memberi nama dan juga
mengkhitan. Tahap perkembangan selanjutnya menuntut tanggungjawab yang besar
dari orangtua yaitu menyusui, mengasuh dan memberi nafkah. Dilanjutkan tentang
hukum anak dalam beribadah dan bermuamalah, dalam hal ibadah diuraikan mengenai
thaharah, sholat, adzan, zakat, puasa, haji yang dilakukan oleh anak-anak.
Sedangkan dalam hal muamalah tentang hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas
anak, apa yang dibolehkan dan apa yang dilarang oleh anak, juga dibahas tentang
hukum wasiat dan waris kepada anak serta pengelolaan harta kekayaan yang
menjadi milik anak.
Bimbinglah anak-anak untuk memahami kedudukannya di muka
bumi. Pahamkan bahwa Allah adalah Pencipta (Al Khaliq). Manusia adalah makhluk
ciptaan Allah. Allah juga Pengatur (Al Mudabbir), Allahlah yang mengatur
makhluk ciptaanNya, alam raya ini dan berbagai kehidupan. Oleh karena itu
manusia wajib mengikuti aturanNya yakni Islam yang bersumber pada Al Qur`an dan
Al Hadits. Itulah petunjuk hidup dari Allah. Jika orangtua menyampaikan amanah
untuk menunjuki anak pada petunjuk yang benar maka nasib masa depan anak dalam
jaminan keselamatan yang kekal di dunia dan akhirat.
Anak adalah
anugerah Ilahi yang harus kita syukuri. Ia juga amanah dari-Nya yang patut kita
jaga, sebagai orangtua dan pendidik senantiasa memelihara, menyayangi dan
membina anak-anak dengan pendidikan yang baik. Tingkah polah anak seringkali
membuat orangtua tersenyum simpul apalagi disertai dengan kelucuan dan ekspresi
lugunya, namun bila anak mulai menunjukkan perilaku yang menjengkelkan,
membangkang, malas belajar, tidak disiplin, kurang hormat dan sebagainya tidak
sedikit orangtua mampu menahan emosinya. Kemudian anak menjadi sasaran pendisiplinan,
padahal Islam melarang orangtua berlaku keras pada anaknya. “Janganlah kamu
mengangkat tongkatmu!”, pesan Rasulullah SAW. Sebab sekecil apapun sikap
buruk orangtua akan ditiru anak. Tindakan pemaksaan dan intimidasi kepada anak
bukanlah cara yang dibenarkan dalam pendidikan. Cara-cara tersebut hanya akan
mengakibatkan anak menjadi stres, kurang kreatif, penakut atau bahkan
pendendam. Di dalam mendidik dan menangani anak yang sesuai pendidikan Rasulullah SAW sebagai
uswatun hasanah bagi semua manusia yakni dengan : pendidikan anak menurut Al
Qur`an dan As Sunnah, peran orangtua dalam mendidik anak agar berakhlak mulia,
pendidikan tentang do`a-do`a pilihan dari Al Qur`an dan As Sunnah.
Mendidik anak adalah kewajiban orangtua. Ketika orangtua
mengamanahkan pendidikan ini kepada sekolah, pendidikan bukan hanya kewajiban
sekolah. Sekolah hanya membantu sebagian tanggungjawab kita sebagai orangtua
dalam mendidik anak. Dengan demikian anak-anak yang kita sekolahkan di sekolah
bergengsi sekalipun tetap membutuhkan pendidikan yang sempurna dari keluarga
dan masyarakat. Alangkah baiknya jika proses pendidikan di sekolah ditopang
dengan upaya pendidikan dalam keluarga dan interaksi sosial yang kondusif yakni
dengan mengajarkan nilai-nilai hidup sejak dini, sehingga aktivitas anak tumbuh
sebagai prestasi anak baik melalui kebiasaan sholat berjamaah maupun rajin dan
giatnya belajar.
Kisah Nabi Nuh as bisa dijadikan pelajaran bagi kita
dalam mengajak keluarganya menuju jalan yang lurus. Selama 950 tahun dia tidak
pernah bosan dan letih mengajak anak dan istrinya untuk taat dengan Allah dan
Rasul-Nya. Sudah tidak terhitung seruan dan peringatannya bahkan sampai anaknya
mau mati tenggelam, dia seru terus agar anaknya ikut kapal bersamanya. Lantas,
bagaimana dengan kita! Sudah berapa kali kita peringatkan anak-anak kita?
Sepuluh, seratus atau sudah tidak terhitung, selagi anak
kita masih hidup kewajiban kita untuk terus membimbingnya. Pertanyaannya
sekarang, jangan-jangan anak kita makan dengan tangan kiri, tidak baca bismilah
ketika mau makan atau minum, tidur tengkurap, menguap tidak ditutup, buang air
kecil tidak cebok, tidak sholat dan lain sebagainya, karena kita sendiri
seperti itu. Anak-anak kita mencontoh kelakuan kita.
Pendidikan yang baik tidak sekedar mencerdaskan otak,
tetapi juga membangkitkan jiwa yakni dengan pendidikan agama. Pendidikan agama
mencakup berbagai aspek yang bisa dimengerti oleh anak, seperti aspek
pengetahuan agama, ketrampilan agama, keyakinan agama, pengalaman agama dan
penghayatan agama. Maksudnya anak mampu meyakini bahwa ajaran agamanya benar
dan mestinya dapat melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari dan juga sadar
bahwa Allah senantiasa mengawasi perilaku kita bahkan Allah dapat membaca dan
mendengar kata hati kita. Bukankah Allah telah mencontohkan dalam pedoman hidup
kita,Al Qur`an. Proses ini akan tercapai dengan melalui beberapa alternatif
pendekatan yaitu sholat malam, puasa, dzikir dan do`a.
Dunia anak adalah dunia bermain.Untuk itu bagi para
orangtua hendaklah menyempatkan diri bermain bersama anak atau memberi
kesempatan bermain pada anak. Sesibuk apapun pekerjaan, luangkan waktu bercanda
dan bermain bersama anak, dengan memberikan contoh-contoh yang baik bagi anak
karena merekalah investasi paling berharga di dunia dan akhirat kelak. Semoga
kelak mereka bisa meninggikan kalimat Laailaahaillallaah di muka bumi, amin.
Dijadikannya Islam sebagai fitrah seorang anak sejak
lahir, orangtuanyalah baik orangtua dalam arti bapak dan ibu di rumah maupun
orangtua guru di sekolah yang akan menguatkan Islam sebagai fitrah anak
tersebut atau bahkan mengubahnya menjadi yahudi, nasrani atau majusi. Intinya
orangtua dalam mengajar anak-anak dengan ikhlas karena Allah dan berusaha
dengan optimal. Hadirkan cinta dan teladan dalam mendidiknya. Yakinlah apa yang
kita usahakan tersebut akan dibalas Allah dengan menjadikan anak-anak kita
sholih dan sholihah. Anak yang akan mengantarkan kita kepada kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat. Itulah hadiah paling berharga buat kedua orangtuanya.
By
: Nurhajs (KUA Wonosari Gunungkidul Yogyakarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar