animasi kursor

SELAMAT DATANG DI BERANDA KAMI


Kehidupan, kadang membuat kita tersenyum bahagia, namun tidak jarang membuat kita bermuram durja. Janganlah gundah karena semua itu hanyalah sebuah perjalanan menuju kehidupan abadi. Mari kita berbagi inspirasi, untuk menggapai kehidupan abadi yang bahagia, selamanya.

Kamis, 28 November 2013

Pendidikan Islam yang Menjanjikan Masa depan



PENDIDIKAN ISLAM YANG MENJANJIKAN MASA DEPAN
Nurhaj Syarifah
A.    PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses sosial yang bertujuan untuk mengembangkan potensi hidup manusia baik secara individu maupun sosial, karena dengan pendidikan manusia dapat memerankan hidupnya sebagai makhluk yang dapat memerankan hidupnya sebagai makhluk yang paling mulia di dunia ini. Pendidikan juga merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mengandung nilai-nilai yang sangat mendasar seperti nilai sosial, nilai ilmiah, nilai moral dan nilai agama, maka banyak orang yang berkeyakinan bahwa pendidikan menyimpan kekuatan yang luar biasa untuk menumbuhkan informasi mengenai pegangan hidup masa depan dan untuk membantu anak didik dalam menghadapi perubahan. Islam banyak memberikan petunjuk dan aspirasi dalam beretika.
Pendidikan sebagai usaha yang dilakukan individu-individu dan masyarakat untuk menyampaikan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan bentuk-bentuk ideal kehidupan kepada generasi muda dengan cara-cara sebagai berikut :
a.       Memberikan pengajaran Al Qur`an sebagai langkah pertama pendidikan
b.      Menanamkan pengertian-pengertian dalam ajaran Islam sesuai Al Qur`an dan Sunnah
c.       Memberikan pengertian-pengertian ajaran Islam dalam bentuk pengetahuan yang sesuai perubahan di masyarakat
d.      Menanamkan pemahaman bahwa ilmu tanpa iman dan Islam adalah pendidikan yang tidak utuh
e.       Menciptakan generasi muda yang mempunyai kekuatan iman dan ilmu pengetahuan
f.       Mengembangkan manusia Islami yang berkualitas tinggi

Kepuasan pernikahan Ditinjau dari kematangan pribadi



KEPUASAN PERNIKAHAN  DITINJAU DARI
KEMATANGAN PRIBADI


A.    PENDAHULUAN
1.      PERMASALAHAN
Manusia senantiasa hidup berkembang sesuai dengan pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar dalam hidupnya. Manusia tercipta sebagai makhluk individu dan makhluk social. Sebagai makhluk social senantiasa membutuhkan oranglain, selalu berinteraksi saling bersosialisasi maupun bertukar pengalaman serta untuk meneruskan keturunan. Meneruskan keturunan dapat ditempuh melalui proses pernikahan yang kemudian terbentuklah sebuah keluarga. Pada dasarnya manusia terpanggil untuk hidup berpasang-pasangan. Manusia dapat menemukan makna hidupnya dalam pernikahan. Sebagian orang menganggap bahwa pernikahan membatasi kebebasannya, tetapi bagaimanapun juga sebagian besar dari masyarakat mengakui bahwa pernikahan memberikan jaminan ketentraman hidup.
Kepuasan pernikahan seseorang ditentukan oleh tingkat terpenuhinya kebutuhan, harapan dan keinginannya. Persepsi individu menjadi dasar penilaian terhadap kepuasan pernikahannya. Idealnya suatu pernikahan adalah apabila antara pasangan suami istri memiliki kematangan baik secara biologis maupun psikologis. Kematangan biologis adalah apabila seseorang telah memiliki kematangan baik dari segi usia maupun fisik/jasmani. Sedangkan kematangan psikologis adalah apabila seseorang dapat mengendalikan emosinya dan dapat berfikir dengan baik.
Kematangan pribadi sangat besar artinya bagi pasangan yang berumahtangga. Suami istri yang belum matang dari segi pribadi di dalam membina pernikahan akan sering terjadi pertengkaran, percekcokan bahkan kalau dibiarkan terus menerus akan menjurus ke perceraian. Kematangan pribadi dapat dilihat pada kemampuan penyesuaian diri dan perilaku yang positif dalam mengatasi ketegangan, frustasi dan konflik. Kemampuan ini selain dapat menjaga keseimbangan juga akan mendatangkan rasa puas dan bahagia baik bagi individu maupun oranglain.

Iman itu Mencerdaskan



IMAN ITU MENCERDASKAN  
(DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS ISLAM)
Nurhaj Syarifah

PENDAHULUAN
Manusia lahir tanpa mengetahui sesuatu. Tetapi, kemudian dengan pancaindera, akal dan jiwanya sedikit demi sedikit pengetahuannya bertambah. Dengan coba-coba, pengamatan, pemikiran yang logis dan pengalamannya, ia menemukan pengetahuan. Namun demikian, keterbatasan pancaindra dan akal menjadikan sekian banyak tanda tanya yang jiwanya karena manusia memiliki naluri ingin tahu.
Manusia mempunyai dua kelemahan: pertama, keterbatasan pengetahuannya, kedua, sifat egoisme (ingin mendahulukan kepentingan diri sendiri). Manusia memperoleh pengetahuan berkat usahanya sendiri dengan menggunakan potensi yang dianugerahkan Allah kepadanya. Keterbatasan manusia memaksanya untuk berpikir tentang dirinya sendiri dengan kekuatan supranatural yang tak terbatas yang mengatur alam dan segala isinya, termasuk manusia itu sendiri.
Sistem pendidikan Al Qur’an  adalah “rabbaniy” berdasarkan ayat pertama dalam wahyu pertama (Iqra’).[1] Kata iqra’ diambil dari kat qara’a pada mulanya berarti ‘menghimpun. Arti asal kata ini menunjukkan bahwa iqra’ yang diterjemahkan dengan bacalah mengandung berbagai macam arti, antara lain : menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-cirinya dikaitkan dengan ‘bi ismi Rabbika’ (dengan nama Tuhanmu). 

Rabu, 27 November 2013

Hukum Gambar dan Patung dalam Islam




 HUKUM GAMBAR DAN PATUNG DALAM ISLAM
Hj.Nurhaj Syarifah,S.Ag.

PENDAHULUAN
Islam mengharamkan patung di dalam rumah seorang muslim. Yang dimaksud adalah gambar tiga dimensi yang tidak mudah rusak (bukan boneka atau benda-benda mainan yang tidak diagungkan). Patung-patung yang berada di rumah itu menjadi sebab larinya malaikat darinya, padahal malaikat adalah lambang keridhaan dan rahmat Allah Saw. Rasulullah Saw bersabda:
لتقعد عليها وتوسدها فقال رسول الله
أحيوا ما خلقتم ثم قال : إن البيت الذي فيه الصور لا تدخله الملائكة . متفق عليه
Artinya : “Sesungguhnya malaikat tidak masuk ke rumah yang ada patung-patungnya.”
(HR. Bukhari Muslim)

Para ulama mengatakan, “Malaikat tidak mau masuk ke rumah yang ada patungnya karena pemiliknya menyerupai orang-orang kafir. Mereka memakai dan mengagungkan gambar-gambar di rumahnya. Karena itulah malaikat tidak senang kepadanya. Mereka enggan masuk ke rumahnya dan lari darinya.”
Para ulama mengatakan bahwa penyebab terhalanginya mereka memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar makhluk bernyawa adalah karena itu merupakan perbuatan maksiat yang sangat keji yang terdapat penyerupaan terhadap ciptaan Allah dan sebagian gambar-gambar itu diibadahi selain kepada Allah Ta’ala. Islam juga mengharamkan seorang muslim bekerja dalam sektor tersebut. 

Gender dalam Perspektif Islam



GENDER DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Nurhaj Syarifah, S.Ag.
PENGERTIAN GENDER
Secara umum gender dimaknai sebagai perbedaan yang bersifat social budaya yang merupakan nilai yang mengacu pada sistem hubungan sosial yang membedakan fungsi serta peran perempuan dan laki-laki dikarenakan perbedaan biologis atau kodrat yang oleh masyarakat kemudian dibakukan menjadi ‘budaya’ dan seakan tidak lagi bisa ditawar. Apalagi kemudian dikuatkan oleh nilai ideologi, hukum, politik, ekonomi dsb. Atau dengan kata lain gender adalah nilai yang dikonstruksi oleh masyarakat setempat yang telah mengakar dalam bawah sadar kita seakan mutlak dan tidak bisa diganti lagi.
Gender adalah pandangan atau keyakinan yang yang dibentuk masyarakat tentang bagaimana seharusnya seorang perempuan atau laki-laki bertingkahlaku maupun berpikir. Misalnya pandangan bahwa seorang perempuan ideal harus pandai memasak, pandai merawat diri, lemah lembut atau keyakinan bahwa perempuan adalah makhluk yang sensitif, emosional selalu memakai perasaan. Sebaliknya seorang laki-laki sering dilukiskan berjiwa pemimpin, pelindung, kepala rumahtangga, rasional dan tegas.

QURBAN



BERQURBAN KARENA MENGHARAP RIDLA ALLAH SWT
Hj. Nurhaj Syarifah, S.Ag.

A.    PENDAHULUAN
Qurban berasal dari kata qurbah yang bermakna pendekatan,  sedangkan ritual qurban adalah salah satu ritual ibadah pemeluk agama Islam dimana dilakukan penyembelihan binatang ternak untuk dipersembahkan kepada Allah Swt. Ritual qurban dilakukan pada bulan dzulhijah tanggal 10 dan 11,12,13 (hari tasyrik) bertepatan dengan hari raya Idul Adha.
Secara etimologi, qurban mendekatkan diri. Secara terminologi kur  ban berarti berjuang secara benar atas dasar takwa dan sabar, baik harta, tenaga, maupun jiwa dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah serta memperoleh keridhaan-Nya. Kerapkali harta, tenaga, dan jiwa menjadi ‘korban’, belum menjadi ‘kurban.’ Hal ini lantaran dikeluarkannya bukan atas dasar takwa, sabar, dan ikhlas karena Allah. Dalam Ibadah kurban, juga bukanlah semata-mata rangkaian ritual yang hanya berdimensi spiritual. Ibadah Kurban tidak semata-mata upacara penyembelihan, tetapi merupakan ibadah yang menempa diri menjadi seorang yang berakhlak mulia.
Tujuan utama dari semua ibadah dalam Islam adalah agar menjadi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah  Swt. Ibadah tersebut adalah sebagai sarana untuk meraih kemulian dan kecintaan Allah, termasuk juga dengan ibadah qurban. Dalam al-qur’an surat al-hajj ayat 37 Allah menjelaskan:” Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridlaan Allah, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayahNya kepada kamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” [1]

Anak dalam Naungan Ilahi



 ANAK DALAM NAUNGAN ILLAHI
Oleh : Nurhaj Syarifah,S.Ag
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An Nisaa (4) : 9)
Maha suci Allah, kita mesti bersyukur atas pemberian nikmat Allah Ta`ala, selanjutnya kita akan menunggu tambahan nikmat-Nya sebagaimana telah dijanjikan Allah Ta`ala kepada orang-orang yang telah bersyukur. Sebagai orangtua kita bersyukur atas karunia Allah atas anak-anak yang lucu, cerdas dan kreatif.
Anak-anak kita adalah anak-anak masa depan. Anak-anak yang akan menghadapi jaman yang berbeda dengan jaman yang kita rasakan sekarang ini. Kita perlu mempersiapkan anak-anak kita dari sekarang. Sebagaimana nasihat Ali bin Abi Thalib: Karamallahu wajhahu “Didiklah anakmu dengan kesungguhan karena ia akan hidup yang berbeda dengan zamanmu.”